Halaman

Selasa, 25 Desember 2012

KONSEP TEORETIS UTAMA BANDURA



KONSEP TEORETIS UTAMA

Bandura (1986) menyebut empat proses yang mempengaruhi belajar observasional:
      1.      Proses Atensional
Sebelum sesuatu dapat dipelajari dari model, model itu harus diperhatikan. Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Jadi, muncul pertanyaan, apa yang membuat sesuatu itu diperhatikan ?. Pertama, kapasitas sensoris seseorang akan mempengaruhi attentional process (proses atensional/ proses memperhatikan). Jelas stimuli modeling yang digunakan untuk mengajari orang tunanetra atau tunarungu akan berbeda dengan yang digunakan untuk mengajari orang yang normal penglihatan dan pendengarannya. Perhatian selektif pengamat bisa dipengaruhi oleh penguatan di masa lalu. Berbagai karakteristik model juga akan mempengaruhi sejauh mana mereka akan diperhatikan. Riset telah menunjukkan bahwa model akan lebih sering diperhatikan jika mereka sama dengan pengamat (yakni, jenis kelaminnya sama, usianya sama, dsb). Orang yang dihormati atau memiliki status tinggi, memiliki kemampuan lebih, dianggap kuat, dan atraktif. Secara umum Bandura mengatakan “(orang) memperhatikan model yang dianggap efektif dan mengabaikan model yang penamoilan atau reputasinya tidak bagus, orang akan lebih memilih model yang lebih mampu dalam meraih hasil yang bagus ketimbang model yang sering gagal”.
    
       2.      Proses Retensional
Agar informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna, informasi itu harus diingat atau disimpan. Bandura berpendapat bahwa ada retentional process (proses retensional) dimana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Symbol-simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang hal-hal yang dialami model, yang dapat diambil dan dilaksanakan lama sesudah belajar observasional terjadi. Jenis simbolisasi kedua, dan lebih penting menurut Bandura, adalah verbal. “kebanyakan proses kognitif yang mengatur perilaku terutama adalah konseptual ketimbang imajinal. Karena fleksibilitas symbol verbal yang luar biasa, kerumitan dan kepelikan perilaku bisa ditangkap dengan baik dalam wadah kata-kata.”

Meskipun dimungkinkan untuk mendiskusikan symbol imajinal dan verbal secara terpisah, keduanya sering tidak bisa dipisahkan saat kejadian dipresentasikan dalam memori. Bandura mengatakan, “walaupun simbol verbal memuat sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui modeling, sering kali sulit untuk memisahkan mode-mode representasi. Aktivitas representasional biasanya menggunakan kedua sistem itu sampai tingkat tertentu, kata-kata cenderung membangkitkan citra yang terkait, dan citra dari suatu kejadian sering kali disadari atau dipahami secara verbal. Ketika stimuli visual dan verbal memberikan makna yang sama, orang mengintegrasikan informasi yang disajikan oleh modalitas yang berbeda ini ke dalam satu representasi konseptual umum”.

Setelah informasi disimpan secara kognitif, ia dapat diambil kembali, diulangi, dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi. Menurut Bandura (1977), “peningkatan kapasitas simbolis inilah yang memampukan manusia untuk mempelajari banyak perilaku melalui observasi. Simbol-simbol yang disimpan ini memungkinkan terjadinya delayed modeling (modeling yang ditunda), yakni kemampuan untuk menggunakan informasi lama setelah informasi itu diamati.

       3.       Proses Pembentukan Perilaku
Behavioral production process (proses pembentukan perilaku) menentukan sejauh mana hal-hal yang telah dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa. Seseorang mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tidak mampu menerjemahkan informasi itu ke dalam perilaku karena ada keterbatasan, misalnya: perangkat gerak otot yang dibutuhkan untuk respon tertentu tidak tersedia atau karena orang belum dewasa, cedera, atau sakit parah.

Bandura berpendapat bahwa jika seseorang diperlengkapi dengan semua aparatus fisik untuk memberikan respon yang tepat, dibutuhkan satu periode rebearsal (latihan repetisi) kognitif sebelum perilaku pengamat menyamai perilaku model. Menurut Bandura, simbol yang didapat dari modeling akan bertindak sebagai template (cetakan) sebagai pembanding tindakan. Selama proses latihan ini individu mengamati perilaku mereka sendiri dan membandingkannya dengan representasi kognitif dari pengalaman si model. Setiap diskrepansi antara perilaku seseorang itu dengan perilaku model akan menimbulkan tindakan korektif. Proses ini akan terus berlangsung sampai ada kesesuaian yang sudah memuaskan antara perilaku pengamat dan model. Jadi, retensi simbolis atas pengalaman modeling akan menciptakan pingkaran “umpan balik” yang dapat dipakai secara gradual untuk menyamakan perilaku seseorang dengan perilaku model, dengan menggunakan observasi diri dan koreksi diri.

      4.      Proses Motivasional
Dalam teori Bandura, pengamatan memiliki dua fungsi utama. Pertama, ia menciptakan ekspetasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak seperti model yang dilihatnya diperkuat untuk aktivitas tertentu, maka mereka akan diperkuat juga. Kedua, ia bertindak sebagai insentif untuk menerjemahkan belajar ke kinerja. Apa yang dipelajari melalui observasi akan tetap tersimpan sampai si pengamat itu punya alasan untuk menggunakan informasi itu. Kedua fungsi penguatan itu adalah fungsi informasional. Satu fungsi menimbulkan ekspetasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu, mereka mungkin akan diperkuat. Fungsi lainnya, motivational processes (proses motivasional) menyediakan motif untuk menggunakan apa-apa yang telah dipelajari. Prilaku sebagian juga dipengaruhi oleh perkiraan reaksi-diri, yang ditentukan oleh standar performa dan tindakan seseorang dan oleh pandangannya tentang kemampuan atau kecakapan dirinya.

Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa belajar observasional melibatkan atensi (perhatian), retensi (pengingatan/penyimpanan), kemampuan behavioral, dan insentif. Maka dari itu, jika belajar observasional tidak terjadi itu bisa lantaran pengamat tidak mengamati aktivitas model yang relevan, tidak mengingatnya, serta tak bisa melakukannya, atau karena tidak punya insentif yang pas untuk melakukannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar