KONSEP TEORETIS UTAMA
Bandura (1986) menyebut empat proses
yang mempengaruhi belajar observasional:
1. Proses
Atensional
Sebelum
sesuatu dapat dipelajari dari model, model itu harus diperhatikan. Bandura
menganggap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan
bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Jadi, muncul
pertanyaan, apa yang membuat sesuatu itu diperhatikan ?. Pertama, kapasitas
sensoris seseorang akan mempengaruhi attentional process (proses
atensional/ proses memperhatikan). Jelas stimuli modeling yang digunakan untuk
mengajari orang tunanetra atau tunarungu akan berbeda dengan yang digunakan
untuk mengajari orang yang normal penglihatan dan pendengarannya. Perhatian
selektif pengamat bisa dipengaruhi oleh penguatan di masa lalu. Berbagai
karakteristik model juga akan mempengaruhi sejauh mana mereka akan
diperhatikan. Riset telah menunjukkan bahwa model akan lebih sering
diperhatikan jika mereka sama dengan pengamat (yakni, jenis kelaminnya sama,
usianya sama, dsb). Orang yang dihormati atau memiliki status tinggi, memiliki
kemampuan lebih, dianggap kuat, dan atraktif. Secara umum Bandura mengatakan
“(orang) memperhatikan model yang dianggap efektif dan mengabaikan model yang
penamoilan atau reputasinya tidak bagus, orang akan lebih memilih model yang
lebih mampu dalam meraih hasil yang bagus ketimbang model yang sering gagal”.
2. Proses
Retensional
Agar
informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna, informasi itu harus
diingat atau disimpan. Bandura berpendapat bahwa ada retentional process (proses
retensional) dimana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara
imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Symbol-simbol yang disimpan secara
imajinatif adalah gambaran tentang hal-hal yang dialami model, yang dapat
diambil dan dilaksanakan lama sesudah belajar observasional terjadi. Jenis
simbolisasi kedua, dan lebih penting menurut Bandura, adalah verbal.
“kebanyakan proses kognitif yang mengatur perilaku terutama adalah konseptual
ketimbang imajinal. Karena fleksibilitas symbol verbal yang luar biasa,
kerumitan dan kepelikan perilaku bisa ditangkap dengan baik dalam wadah
kata-kata.”
Meskipun
dimungkinkan untuk mendiskusikan symbol imajinal dan verbal secara terpisah,
keduanya sering tidak bisa dipisahkan saat kejadian dipresentasikan dalam
memori. Bandura mengatakan, “walaupun simbol verbal memuat sebagian besar
pengetahuan yang diperoleh melalui modeling, sering kali sulit untuk memisahkan
mode-mode representasi. Aktivitas representasional biasanya menggunakan kedua
sistem itu sampai tingkat tertentu, kata-kata cenderung membangkitkan citra
yang terkait, dan citra dari suatu kejadian sering kali disadari atau dipahami
secara verbal. Ketika stimuli visual dan verbal memberikan makna yang sama,
orang mengintegrasikan informasi yang disajikan oleh modalitas yang berbeda ini
ke dalam satu representasi konseptual umum”.
Setelah
informasi disimpan secara kognitif, ia dapat diambil kembali, diulangi, dan
diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi. Menurut Bandura
(1977), “peningkatan kapasitas simbolis inilah yang memampukan manusia untuk
mempelajari banyak perilaku melalui observasi. Simbol-simbol yang disimpan ini
memungkinkan terjadinya delayed modeling (modeling
yang ditunda), yakni kemampuan untuk menggunakan informasi lama setelah
informasi itu diamati.
3. Proses
Pembentukan Perilaku
Behavioral
production process
(proses pembentukan perilaku) menentukan sejauh mana hal-hal yang telah
dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa. Seseorang
mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tidak mampu menerjemahkan
informasi itu ke dalam perilaku karena ada keterbatasan, misalnya: perangkat
gerak otot yang dibutuhkan untuk respon tertentu tidak tersedia atau karena
orang belum dewasa, cedera, atau sakit parah.
Bandura
berpendapat bahwa jika seseorang diperlengkapi dengan semua aparatus fisik
untuk memberikan respon yang tepat, dibutuhkan satu periode rebearsal
(latihan repetisi) kognitif sebelum perilaku pengamat menyamai perilaku
model. Menurut Bandura, simbol yang didapat dari modeling akan bertindak sebagai template (cetakan) sebagai pembanding tindakan.
Selama proses latihan ini individu mengamati perilaku mereka sendiri dan
membandingkannya dengan representasi kognitif dari pengalaman si model. Setiap
diskrepansi antara perilaku seseorang itu dengan perilaku model akan
menimbulkan tindakan korektif. Proses ini akan terus berlangsung sampai ada
kesesuaian yang sudah memuaskan antara perilaku pengamat dan model. Jadi,
retensi simbolis atas pengalaman modeling
akan menciptakan pingkaran “umpan balik” yang dapat dipakai secara gradual
untuk menyamakan perilaku seseorang dengan perilaku model, dengan menggunakan
observasi diri dan koreksi diri.
4. Proses
Motivasional
Dalam
teori Bandura, pengamatan memiliki dua fungsi utama. Pertama, ia menciptakan
ekspetasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak seperti model yang
dilihatnya diperkuat untuk aktivitas tertentu, maka mereka akan diperkuat juga.
Kedua, ia bertindak sebagai insentif untuk menerjemahkan belajar ke kinerja.
Apa yang dipelajari melalui observasi akan tetap tersimpan sampai si pengamat
itu punya alasan untuk menggunakan informasi itu. Kedua fungsi penguatan itu
adalah fungsi informasional. Satu fungsi menimbulkan ekspetasi dalam diri
pengamat bahwa jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi
tertentu, mereka mungkin akan diperkuat. Fungsi lainnya, motivational processes
(proses motivasional) menyediakan motif untuk menggunakan apa-apa yang telah
dipelajari. Prilaku sebagian juga dipengaruhi oleh perkiraan reaksi-diri, yang ditentukan oleh
standar performa dan tindakan seseorang dan oleh pandangannya tentang kemampuan
atau kecakapan dirinya.
Ringkasnya,
kita dapat mengatakan bahwa belajar observasional melibatkan atensi
(perhatian), retensi (pengingatan/penyimpanan), kemampuan behavioral, dan
insentif. Maka dari itu, jika belajar observasional tidak terjadi itu bisa
lantaran pengamat tidak mengamati aktivitas model yang relevan, tidak
mengingatnya, serta tak bisa melakukannya, atau karena tidak punya insentif
yang pas untuk melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar