Halaman

Selasa, 25 Desember 2012

TEORI BELAJAR



Teori Belajar

1.      Teori Belajar Bruner
Perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yang berurutan, yaitu:
o   Enaktif
      Segala perhatian anak tergantung pada responnya.
o   Ikonik
            Pola pikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya.
o   Simbolik
Anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang suatu hal sehingga anak mampu mengutarakan pendapatnya melalui bahasa.

            Implikasi dari teori Bruner
Proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu masalah. Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan kembali struktur idenya dalam rangka mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
           
2.      Teori Belajar M.Gagne
Pandangan gagne tentang belajar dikelompokkan menjadi 8 tipe :
a.       Isyarat                              e. Membedakan
b.      Stimulus respon                  f. Pembentukan konsep
c.       Rangkaian gerak                g. Pembentukan aturan
d.      Rangkaian verbal                 h. Pemecahan masalah
Terdapat 2 diantara 8 tipe belajar tersebut, yaitu
*  Rangkaian Verbal
Tipe belajar rangkaian verbal dapat mengantarkan siswa dalam mengaitkan skemata yang telah dimiliki siswa dengan unsur-unsur dalam materi yang akan dipelajarinya.
*  Pemecahan Masalah
Tipe belajar dengan diberikannya suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh anak didik. Misal dalam mata pelajaran ipa, anak didik diberi/diperlihatkan fenomena tentang pembiasan cahaya, maka anak didik yang mempunyai kemampuan baik dalam memecahkan masalah besar kemungkinan akan mampu mengajukan hipotesa dan melakukan percobaan di laboratorium.
Gagne berpendapat bahwa terjadi belajar seseorang karena dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling berinteraksi (Nasional 2000: 136). Faktor dari luar (eksternal) yaitu stimulus berasal dari lingkungan luar / bukan dari diri siswa, sedangkan factor dari dalam (internal) yaitu stimulus berasal dari diri siwa itu sendiri, atau kesadaran siswa dalam menanggapi belajar itu sendiri. Apabila stimulus dari luar dan dari dalam saling berkaitan atau berinteraksi maka akan kelihatan hasil belajarnya.
Menurut Gagne, ada tiga tahap dalam belajar yaitu :
1. Persiapan belajar dengan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), yang digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
3.  Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:12).

3.      Teori Belajar Piaget
Perkembangan kognitif pada anak terbagi menjadi 4 periode
-  Periode sensori motor ( umur 0-2 tahun)
-  Periode pra operasional ( umur 2 -7 tahun)
-  Periode operasional konkrit (umur 7-11 tahun)
-  Periode operasi formal ( umur 11-15 tahun)

Konsep-konsep dasar proses adaptasi intelektual menurut Piaget
-  Skemata ( dipadang sebagai sekumpulan konsep)
-  Asimilasi ( peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah di dapat)
- Akomodasi ( terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama)
-  Equilibrium ( bila keseimbangan tercapai, maka siswa mengenal informasi baru)

4.      Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa pasti “bermakna” (meaningfull).
*  Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
*  Inti dari teori Ausubel tentang teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil yang bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
4 tipe belajar menurut Ausubel :
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2.  Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. 
3.  Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki. 
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

5.      Teori Belajar Skinner
Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :
(1). Respondents : respon yang terjadi karena stimulus khusus
(2). Operants      : respon yang terjadi karena situasi random
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku responden adalah perilaku tanpa sengaja (refleks) dan hasil dari rangsangan lingkungan khusus. Agar perilaku responden terjadi, pertama perlu bahwa stimulus diterapkan pada organisme. Stimulus dari binatang kecil yang mengganggu terhadap mata Anda akan menyebabkan anda berkedip, suatu peristiwa memalukan dapat menyebabkan anda bermuka merah, dan flash cahaya terang akan mengakibatkan anda berkedip mata. Itu beberapa perilaku kita adalah perilaku responden.
Sebagian besar perilaku kita adalah perilaku operan, yang tidak otomatis, dapat diprediksi, atau terkait dalam setiap cara yang dikenal dengan mudah diidentifikasi oleh rangsangan . Skinner percaya bahwa perilaku tertentu hanya terjadi, dan bahkan jika disebabkan oleh tertentu (tapi sulit untuk mengidentifikasi) rangsangan, rangsangan ini adalah tidak penting untuk mempelajari perilaku.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Baik perilaku responden dan operan bisa diajarkan dan dipelajari. Mengajar dan belajar prilaku responden mensyaratkan penyajian stimulus yang akan menyebabkan perilaku yang diinginkan terjadi, sedangkan perilaku operan adalah belajar melalui penguatan yang tepat (baik penguatann positif atau penguatan negatif) yang diberikan segera atau terjadi secara spontan perilaku operan. Pemberian penguatan kepada seseorang dari perilaku yang diinginkan biasanya meningkatkan kemungkinan bahwa ia akan mengulangi perilaku tersebut. Jika penguatan berupa hukuman, diharapkan bahwa individu akan belajar untuk menahan diri dari hal yang tidak diinginkan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan pengutan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Skinner mendefinisikan penguatan positif sebagai stimulus yang ketika disajikan mengikuti perilaku oleh pelajar, cenderung meningkatkan kemungkinan bahwa prilaku tertentu akan terulang, yaitu perilaku yang menguatkan. Siswa yang menjawab dengan benar di kelas, pujian guru meningkat kemungkinan bahwa siswa menanggapi pertanyaan guru, sehingga reaksi yang menyenangkan guru berfungsi sebagai penguat positif bagi siswa.

6.      Teori Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu :
1. Hukum kesiapan
   Ciri-ciri :
a.  Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut dilaksanakan, maka dia akan puas dan tidak melakukan tindakan yang lain
b.  Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan itu tidak dilaksanakan, maka dia tidak puas dan akan melakukan tindakan yang lain.
c.  Jika seseorang tidak  berkeinginan untuk bertindak, tetapi tidak melakukan tindakan itu, maka dia merasa tidak puas dan akan melakukan tindakan lain
2.  Hukum latihan
Berprinsip pada latihan. Contoh, misal guru sering memberi latihan dan siswa menjawab. Maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Thorndike menyatakan bahwa pengulangan tanpa ganjaran tidak efektif, karena asosiasi member latihan dan menjawab hanya diperkuat oleh ganjaran. Jadi hukum latihan mengarah pada banyaknya pengulangan yang biasa disebut driil
3.  Hukum akibat
Menunjukkan bahwa suatu hubungan dapat dimodifikasi seperti halnya hubungan antara stimulus dan respon, dan hubungan tersebut diikuti oleh peristiwa yang diharapkan, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin meningkat. Sebaliknya, jika kondisi peristiwa yang tidak diharapkan mengikuti hubungan tersebut, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar